Inovasi D-Ruminansia. (Ist)
BOGORISTIMEWA.com – Dosen Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Dr Iyep Komala, bersama Dr Mohammad Fayruz, CEO PT Lana Ratifa yang juga alumnus Fakultas Peternakan IPB University, sukses menjawab solusi atas masalah heat stress pada sapi, terutama sapi perah, lewat inovasi D-Ruminansia.
“Heat stress merupakan problem umum di peternakan sapi perah yang berkontribusi pada penurunan produktivitas dan kualitas susu,” buka Dr Iyep saat acara Launching Hasil Penelitian Unggulan, Selasa (22/7/25) di Kampus IPB Dramaga.
Dr Iyep menuturkan, teknologi ini lahir sebagai respons atas tingginya impor susu di Indonesia yang mencapai 82 persen akibat masih rendahnya produksi dan kualitas susu sapi perah dalam negeri.
“Sapi perah merupakan ternak yang sangat mudah mengalami heat stress. Masalah ini terjadi ketika suhu lingkungan dan kelembapan relatif tinggi melebihi kemampuan sapi untuk mengatur suhu tubuhnya. Hal ini sangat merugikan, terutama di daerah tropis atau saat musim panas,” ucapnya.
Heat stress berdampak pada penurunan produksi susu (10-25%), penurunan konsumsi pakan, gangguan reproduksi, perubahan fisiologis, penurunan sistem imun, penurunan kualitas susu, dan gangguan kesehatan umum yang pada akhirnya mengakibatkan kerugian ekonomi.
“Di lapangan, metode rekap data mikroklimat untuk mengukur heat stress jarang sekali dilakukan, kalaupun dilakukan masih bersifat manual, hanya pada waktu tertentu. Saat ini, belum ada alat yang dapat memantau mikroklimat di kandang sapi perah secara online atau jarak jauh,” tambahnya.
Fitur Unggulan
D-Ruminansia dapat mendeteksi tingkat heat stress dengan menghitung secara otomatis Temperature Humidity Index (THI). Nilai THI dapat menentukan apakah ternak sapi perah berada dalam kondisi nyaman, stres ringan, sedang, berat, atau sangat berat.
“Berbasis Internet of Things (IoT), alat ini terbukti efektif dalam mengukur mikroklimat seperti suhu, kelembapan, kecepatan angin, kadar amoniak, intensitas cahaya, dan THI secara real time 24 jam, yang dapat diakses dengan website atau aplikasi D-Ruminansia melalui handphone atau personal computer (PC),” jelasnya.
Alat ini, lanjut dia, juga dilengkapi kamera untuk memantau tingkah laku ternak, sehingga peternak dapat memantau tingkah laku dan tingkat kenyamanan pada sapi perah.
Keunggulan lainnya, D-Ruminansia telah menggunakan teknologi dual jaringan NB-IoT dan IP Based, menggunakan Raspberry Pi. Inovasi ini juga sudah terdaftar hak cipta, hak merek, dan bersertifikat (tahap kesiapan teknologi) TKT-9.
“Teknologi ini juga telah terintegrasi dengan sistem kontrol dan manajemen, memiliki sistem alert untuk tindakan, tidak menghasilkan limbah dan ramah lingkungan, serta dapat membantu menentukan lokasi yang cocok untuk beternak berdasarkan mikroklimat pada lokasi tersebut,” urainya.
Uji Coba dan Akses
Dr Iyep menuturkan, alat ini telah diuji coba di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang Bogor, Kelompok Ternak Mandiri Sejahtera Cijeruk Bogor, Kansas Ranch KUNAK Bogor, peternakan sapi perah di Pondok Ranggon Jakarta Timur, dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Pakan Ternak Cikole Lembang.
D-Ruminansia dapat diakses melalui laman resmi di https://d-ruminansia.com/ atau aplikasi smartphone. Harga yang ditawarkan untuk inovasi ini sebesar Rp35 juta (direct selling).
“Alat ini ke depannya dapat digunakan untuk mengontrol kipas blower, pemanas, dan pendingin secara otomatis, supaya ternak menjadi nyaman dengan kondisi mikroklimat yang ada,” kata dia menjelaskan rencana pengembangan ke depan.
Dr Iyep berharap dengan inovasi ini peternak dapat lebih efektif dalam mengelola dan meningkatkan produktivitas sapi perah, serta menjaga kesejahteraan hewan melalui pemantauan kondisi lingkungan secara real time. (**/ipb)