BOGORISTIMEWA.com – Komunitas Bogor Historical Walk (BHW) bersama pelaku UMKM kopi lokal menggelar peringatan “100 Tahun Kopi Bah Sipit” di Kota Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (27/7/25). Kegiatan ini menjadi momentum mengenang sejarah kopi lokal sekaligus memperkuat identitas budaya dan pelaku usaha kopi di Bogor.
Kegiatan yang berlangsung di Perpustakaan Umum dan Galeri Kota Bogor itu menghadirkan tiga narasumber, yakni pemerhati sejarah kopi Jawa Kang Hendy Jo, peneliti BRIN Dr. Anggita Tresliana Suryana, serta Nancy Wahyuni, generasi ketiga sekaligus pemilik Kopi Bah Sipit.
“Peringatan ini adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah dan ketekunan keluarga kami dalam mempertahankan warisan kopi tubruk murni tanpa campuran sejak zaman pra-kemerdekaan,” ujar Nancy Wahyuni dalam diskusi bertajuk “Sejarah Kopi Bogor & 100 Tahun Bah Sipit”.
Menurut Nancy, Kopi Bah Sipit telah berdiri sejak 1925 dan bermula dari kebiasaan kakek dan neneknya, yang kerap membagikan bubuk kopi kepada para pejuang kemerdekaan yang berkumpul di masjid-masjid sekitar kawasan Empang, Bogor. Nama “Bah Sipit” sendiri berasal dari panggilan masyarakat sekitar terhadap kakeknya yang berdarah Tionghoa.
“Dulu kopi kami ikut menguatkan semangat para pejuang. Sekarang, kami ingin kopi ini bisa terus menyatukan orang dan menjadi kebanggaan warga Bogor,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Anggita Tresliana yang juga anggota BHW menekankan pentingnya mengenang sejarah kopi lokal sebagai bagian dari identitas bangsa. Ia menjelaskan bahwa istilah “Java coffee” pernah merujuk secara global pada kopi-kopi yang berasal dari Pulau Jawa, dan kopi Bogor turut memainkan peran dalam sejarah itu.
“Kopi Indonesia dikenal dunia sebagai Java coffee. Seiring waktu, kopi dari Jawa ini mendunia, dan di tengah tantangan zaman, pelaku usaha seperti Bah Sipit punya peran penting untuk menjaga mutu dan kesejahteraan petani,” kata Anggita yang menulis disertasi tentang rantai nilai global kopi Indonesia.
Saat ini, Kopi Bah Sipit memiliki dua varian utama, yakni Robusta klasik warisan keluarga dan Arabika Bogor. Nancy menyebutkan, produknya tersedia dalam 23 varian dan didistribusikan melalui warung, toko, serta pemesanan daring ke berbagai kota seperti Surabaya dan Pekanbaru.
“Roasting dilakukan di Tangerang, tapi pengemasan dan store kami tetap di Jalan Empang No. 27, dekat Mall BTM. Kami juga aktif memperkenalkan produk melalui media sosial karena biaya pemasaran langsung cukup tinggi,” ujar Nancy. (Zar)