BOGORISTIMEWA.com – Penetapan 3 Juni sebagai Hari Jadi Bogor (HJB) kembali menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Seperti diketahui, HJB ke-543 akan jatuh pada Selasa, (3/6/25).
Namun berdasarkan kajian dari Tangtu Institute dan dalam buku Sejarah Bogor yang ditulis oleh Saleh Danasasmita, dijelaskan bahwa Sri Baduga atau Prabu Siliwangi dinobatkan pada bulan Maret atau April di tahun 1482, bukan pada 3 Juni.
Atas hal itu, segelintir masyarakat ada yang tak setuju mengenai HJB yang jatuh setiap tanggal 3 Juni.
Sejarawan Bogor, Taufik Hassunna mengatakan bahwa ada sejumlah alasan dari para sesepuh terdahulu yang menetapkan 3 Juni sebagai HJB.
“Kalau untuk penentuan tanggal you know lah siapa sih yang tau tanggal tepatnya kan gitu, apalagi kejadian 543 tahun yang lalu,” ujar Taufik Hassunna saat dikonfirmasi BogorUpdate.com via seluler, Senin, (2/6/25).
“Mungkin saja ada sedikit perbedaan, tapi kan tidak sembarangan dari para sepuh dahulu di Bogor bersepakat dengan tanggal 3 Juni, tentu ada alasan-alasannya. Alasan itu kan secara panjang lebar seharusnya sudah diuraikan sama pak Saleh di buku Sejarah Bogor,” tambahnya.
Di tengah perbincangan tersebut, Taufik menyarankan kepada segelintir kelompok yang punya keyakinan lain soal penetapan tanggal HJB bisa membuat sebuah kajian-kajian yang valid.
“Saya pikir kelompok masyarakat yang mempertanyakan ketepatan tanggal HJB silahkan membuat kajian, lalu sampaikan kepada pemerintah. Selama ini orang hanya bisa bilang tidak tepat, nah tidak tepatnya itu karena apa?,” tuturnya.
Oleh karena itu, Taufik ingin segelintir kelompok tersebut bisa langsung menyampaikan kajian-kajian yang validnya kepada Pemerintah Daerah (Pemda), daripada harus berpecah karena perbedaaan keyakinan.
“Tanggal 3 Juni tidak sembarangan itu ada analisa dan ada studi literatur juga mempelajari dari berita-berita prasasti,” ungkapnya.
“Kalau dari sisi pemerintah mah ga ada sisi keberatan apa-apa tentang itu. Kalau dari sisi kelompok masyarakat yang memang punya teori yang lebih bagus dan memenuhi syarat-syarat sebuah penelitian yang berdasarkan data-data valid, justru bisa jadi pertimbangan dan bisa diganti (tanggal HJB),” tutupnya. (Erwin)