Menu

Mode Gelap
Pemkab Bogor Lakukan Pengawasan ke Toko Modern untuk Cegah Peredaran Beras Oplosan Bupati Rudy Susmanto Targetkan Kursi Jabatan Eselon II yang Kosong Terisi Agustus Jalankan Instruksi Bupati Rudy Susmanto, Camat Cileungsi Sosialisasikan Penertiban PKL Bangun Ekosistem yang Kuat, Erick Thohir: Jangan Akomodir Pelatih dan Pemain Titipan Bolehkah Air Kelapa Dikonsumsi Setiap Hari? Ini Penjelasan Dosen IPB University Ratusan Siswa SMPN 1 Cibinong Antusias Ikuti Program Senam Bogor Bugar

Bogor Raya

Berkat Inovasinya, Rektor IPB Prof Arif Satria Diganjar Penghargaan oleh Pergizi Pangan

badge-check


					Berkat Inovasinya, Rektor IPB Prof Arif Satria Diganjar Penghargaan oleh Pergizi Pangan Perbesar

BOGORISTIMEWA.com – Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Arif Satria, menerima penghargaan dari Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) atas kontribusinya dalam mendorong inovasi di bidang ketahanan pangan dan perbaikan gizi nasional.

Penghargaan diberikan dalam kegiatan forum nasional yang melibatkan 13 negara di Kota Bogor, Kamis (29/5/25).

Dalam sambutannya, Arif menyampaikan terima kasih atas apresiasi tersebut. Menurutnya, penghargaan ini bukan hanya bentuk pengakuan, tetapi juga amanah untuk terus memperkuat peran IPB dalam pembangunan manusia Indonesia.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Pergizi Pangan atas penghargaan ini. Ini adalah tugas mulia untuk terus aktif mendorong transformasi pembangunan manusia Indonesia menuju 2045,” ujarnya.

Arif menekankan pentingnya aspek kesehatan dan gizi dalam membentuk sumber daya manusia unggul sebagai fondasi menuju Indonesia Emas. Untuk itu, IPB terus berupaya hadir di tengah masyarakat desa dengan menghadirkan inovasi teknologi pangan, inovasi sosial, hingga penguatan bidang kesehatan.

“IPB saat ini telah hadir di 6.675 desa di Indonesia. Kami terus membangun masyarakat desa dengan berbagai inovasi, termasuk melalui Fakultas Kedokteran dan pusat kajian gizi masyarakat yang sudah kami miliki sejak lama,” jelasnya.

Lebih lanjut, Arif mengusulkan pentingnya membentuk pusat-pusat community nutrition atau sentra gizi masyarakat di desa-desa. Hal ini menjadi salah satu langkah konkret dalam menanggulangi persoalan gizi buruk dan stunting.

“Pusat gizi masyarakat perlu kita rintis dan perkuat. Kolaborasi IPB dengan Pergizi Pangan, pemerintah daerah seperti Pemkot Bogor, dan provinsi lain sangat penting untuk membentuk ekosistem nutrisi yang kuat di desa,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan dukungannya terhadap program MBG (Makanan Bergizi) yang dinilainya sangat strategis dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam jangka panjang.

“Program MBG ini sangat signifikan dampaknya. Hasilnya mungkin baru terlihat 2040–2045, tetapi kita harus mempersiapkan program jangka pendek, menengah, dan panjang dari sekarang,” tegas Arif.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menegaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan, khususnya di kawasan perkotaan seperti Bogor.

“Kami sangat concern dengan isu kemandirian dan ketahanan pangan. Pemerintah daerah wajib memastikan kecukupan pangan masyarakat, termasuk dari aspek kesehatan dan keamanan,” ujarnya.

Dedie menambahkan, dengan terbatasnya lahan di perkotaan, solusi seperti urban farming menjadi penting untuk dikembangkan sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan lokal.

“Memang belum banyak kontribusinya secara kuantitas, tetapi kami sudah melakukan berbagai proyek percontohan seperti hidroponik dan biovlog. Ini bisa jadi modal masyarakat menghadapi situasi darurat secara mandiri,” jelas Dedie.

Sementara itu, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. Hardinsyah, menyebut penghargaan kepada Rektor IPB sebagai bentuk pengakuan terhadap kepemimpinan yang inovatif dan berdampak.

“Rektor IPB adalah sosok yang aktif mendorong inovasi di bidang ketahanan pangan dan gizi. Ini sudah waktunya kita apresiasi. Kami melihat IPB terus berkembang dan melonjak prestasinya, termasuk di tingkat internasional,” tuturnya.

Ia menambahkan, forum nasional yang digelar kali ini juga dihadiri oleh 13 negara untuk berbagi pengalaman dan rekomendasi kebijakan, tanpa harus meniru secara mentah kebijakan dari luar.

“Kita tidak hanya menyalin kebijakan, tapi juga belajar dari pengalaman negara lain untuk membangun sistem pangan dan gizi yang sesuai dengan kebutuhan lokal,” pungkasnya. (Abizar) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Pemkab Bogor Lakukan Pengawasan ke Toko Modern untuk Cegah Peredaran Beras Oplosan

19 Juli 2025 - 23:24 WIB

Bupati Rudy Susmanto Targetkan Kursi Jabatan Eselon II yang Kosong Terisi Agustus

19 Juli 2025 - 21:29 WIB

Jalankan Instruksi Bupati Rudy Susmanto, Camat Cileungsi Sosialisasikan Penertiban PKL

19 Juli 2025 - 19:21 WIB

Bangun Ekosistem yang Kuat, Erick Thohir: Jangan Akomodir Pelatih dan Pemain Titipan

19 Juli 2025 - 17:34 WIB

Bolehkah Air Kelapa Dikonsumsi Setiap Hari? Ini Penjelasan Dosen IPB University

19 Juli 2025 - 15:28 WIB

Trending di Bogor Raya