Pakar dari Departemen ITK IPB University, Dr Steven Solikin. (Dok. Ipb)
BOGORISTIMEWA.com – Dalam peringatan Hari Laut Sedunia setiap 8 Juni, pakar dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) IPB University, Dr Steven Solikin mengungkapkan kekhawatiran terhadap fenomena laut yang semakin gelap.
DR Steven Solikin menjelaskan bahwa kondisi laut yang makin gelap disebabkan oleh penurunan kedalaman zona fotik, yaitu lapisan laut yang menerima cahaya matahari dan menjadi penopang utama lebih dari 90 persen kehidupan laut.
“Salah satu penyebab utama penggelapan laut adalah perubahan komunitas fitoplankton, yang berpengaruh terhadap sifat optik air laut. Perubahan dalam komposisi dan distribusi fitoplankton sebagai produsen primer dalam rantai makanan laut turut mempengaruhi kejernihan air,” jelas Steven, melansir laman IPB, Senin (9/6/25).
Selain itu, lanjut dia, kenaikan suhu permukaan laut juga memperburuk kondisi ini. Pemanasan menyebabkan stratifikasi termal yang menghambat pencampuran nutrien dari lapisan bawah ke permukaan. Dengan demikian, produktivitas fitoplankton semakin menurun.
“Perubahan pola sirkulasi lautan turut memengaruhi distribusi nutrien dan organisme mikroskopis. Hal ini berdampak langsung pada kejernihan dan warna laut,” paparnya.
Menurut Steven, fenomena ini berdampak luas terhadap ekosistem laut. Penurunan intensitas cahaya di dalam laut menyebabkan menurunnya produktivitas primer karena berkurangnya fotosintesis oleh fitoplankton.
“Ini menimbulkan efek berantai mulai dari zooplankton hingga ikan dan mamalia laut, bahkan dapat menyebabkan disrupsi dalam rantai makanan serta perubahan habitat,” tegasnya.
Ia menuturkan, organisme laut yang bergantung pada cahaya untuk navigasi, reproduksi, dan mencari makan terpaksa berpindah ke lapisan yang lebih dangkal. “Ini meningkatkan kompetisi dan risiko interaksi predator yang tidak seimbang,” katanya.
Perubahan warna laut, menurut Steven, mencerminkan perubahan dalam komposisi organisme dan partikel organik. Konsekuensinya adalah penurunan populasi fitoplankton, ikan, dan predator lainnya.
“Ekosistem seperti terumbu karang dan lamun pun terancam karena kekurangan cahaya menghambat proses fotosintesis tanaman laut,” tandasnya.
Ia menegaskan bahwa perubahan iklim berperan signifikan dalam penggelapan laut. Pemanasan permukaan laut, perubahan pola sirkulasi, dan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem memperparah kondisi laut.
Untuk mengatasi dampak ini, Steven menyarankan pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan pemantauan laut dengan teknologi satelit, serta perlindungan dan restorasi ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang.
Sebagai langkah mitigasi, ia juga mendorong konservasi ekosistem laut, pengurangan polusi nutrien dari limbah pertanian dan industri, peningkatan edukasi publik, serta penguatan riset dan kolaborasi internasional dalam menangani tantangan global ini. (**)